tafsir mimpi 17

2024-10-06 22:12:59  Source:tafsir mimpi 17   

tafsir mimpi 17,erek erek 2d rokok,tafsir mimpi 17

Menyiapkan Generasi Mewujudkan Indonesia Emas 2045
Ilustrasi MI(MI.Seno)

KEMAJUAN sebuah negara bukanlah ditentukan oleh seberapa kayanya sumber daya alam yang dimiliki. Dalam 30 daftar negara berpendapatan tinggi terbaru, hanya lima yang mengandalkan kekayaan sumber daya alam. Sisanya mengandalkan keunggulan produk inovatif bernilai tambah tinggi. Kondisi yang memperkuat argumentasi Jeffrey D Sachs dari Columbia University terkait the curse of natural resources. Dan, kualitas SDM-lah yang menjadi pembedanya.

Pada 13 September lalu, Undang-Undang (UU) No 59 Tahun 2024 tentang RPJPN 2025-2045 telah ditandatangani oleh Presiden. Peningkatan daya saing SDM menjadi salah satu dari 5 sasaran visi Indonesia Emas 2045. Namun, kualitas SDM-lah yang akan menjadi kunci dalam mewujudkan 4 sasaran visi lainnya. Sudah pasti, pembangunan SDM akan menjadi fokus kabinet yang akan dibentuk oleh presiden terpilih nanti.

Bagaimana menyiapkan generasi yang mampu mewujudkankan Indonesia Emas 2045?

Baca juga : Pola Asuh Keluarga Kunci Generasi Emas Berbudi dan Beretika

 

Populasi, ekonomi, dan HDI

Indonesia saat ini masih menjadi negara berpopulasi terbesar keempat dunia. Data BPS terbaru juga menunjukkan bahwa kontribusi perekonomian antarprovinsi sebanding dengan jumlah penduduknya. Pulau Jawa berpenduduk +56% dari seluruh penduduk Indonesia. Kontribusi ekonominya juga demikian.

Di sisi lain, terdapat negara dengan populasi yang lebih kecil dari provinsi di Indonesia, tetapi GDP per kapitanya jauh lebih tinggi. Malaysia berpopulasi lebih kecil daripada 3 provinsi terbesar penduduknya di Pulau Jawa, tetapi GDP per kapitanya 3 kali lipat dari ketiganya. Bagaimana dengan Singapura? Penduduknya kurang dari 6 juta, tetapi memiliki GDP per kapita lebih dari 20 kali lipat jika dibandingkan dengan provinsi besar yang ber-GDP tertinggi di Jawa.

Peter Drucker menyatakan, “The ultimate resource in economic development is people. It is people, not capital or raw materials that develop an economy.” Perbedaan pembangunan ekonomi di atas ditentukan oleh kualitas SDM. Hal ini dapat dilihat pada human development index (HDI) yang dikeluarkan oleh United Nations Development Programme (UNDP).

Di 2022, Singapura berperingkat 9 dalam HDI, meningkat dari posisi ke-38 pada 1990. Adapun Tiongkok pada periode yang sama naik 33 peringkat menjadi #75. Vietnam, meskipun naik hanya 3 posisi menjadi #107, tetapi lebih tinggi ketimbang Indonesia yang berperingkat 112. Padahal pada 1990, Indonesia berperingkat #100. Dengan kata lain, HDI Indonesia, meskipun secara skor meningkat 0,187, posisi relatifnya terhadap negara lain dalam pembangunan manusia turun 12 peringkat dalam 30 tahun terakhir. Dapat disimpulkan, Singapura paling sukses dalam mengembangkan SDM-nya. Tidaklah mengherankan jika GDP per kapitanya naik hampir 7 kali lipat dari tahun 1990.

 

SDM dan PISA

OECD melakukan studi PISA (Programme for International Student Assessment) sejak 1997. Tujuannya sebagai benchmarkdalam penyusunan kebijakan nasional untuk meningkatkan kualitas SDM pada negara-negara berkembang. Harapannya, ketimpangan ekonomi secara global terminimalkan seiring dengan peningkatan kualitas SDM.

Indonesia telah mengikuti studi PISA sejak tahun 2000, yang dimulai dengan kemampuan membaca. Kemampuan matematika diikuti pada 2003 dan sains di 2006.

Jika dibandingkan dengan rerata skor kemampuan membaca siswa dari OECD (negara-negara maju: 476), siswa Indonesia memiliki skor 359, sedangkan Singapura 543. Skor Indonesia turun signifikan dari tahun 2006-2018. Tren yang sama juga untuk kemampuan matematika dan sains.

Yang menarik ialah Vietnam. Meskipun turun signifikan jika dibandingkan dengan sebelum pandemi, skor PISA-nya +100 poin lebih baik daripada siswa kita. Tidaklah mengherankan bila dalam 1 dekade terakhir menjadi bahasan di berbagai media internasional maupun jurnal-jurnal akademis terkait tingginya skor PISA yang dimiliki. Terutama terkait skornya yang mengungguli siswa negara maju, khususnya Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris.

Pemerintah Vietnam mewajibkan tiap-tiap pemerintah daerah di negara itu mengalokasikan anggaran 20% untuk pendidikan. Kurikulum yang up to datedan senantiasa diperbarui standar pengajarannya dilakukan secara reguler. Peran guru sangat diutamakan, dengan kualifikasi yang lebih dan diberikan kebebasan dalam metode mengajar untuk meningkatkan efektivitas pengajaran dan lebih menarik bagi siswa.

Trainingsecara reguler wajib diikuti, dan bilamana siswa yang dibimbing berprestasi, gurunya mendapatkan penghargaan teacher excellence. Adapun guru yang mengajar di daerah terpencil mendapatkan gaji lebih. Stick and carrot systemdiberlakukan, khususnya bagi sekolah yang berkinerja jelek diturunkan akreditasinya dan sulit mendapatkan siswa. Hal tersebut tervalidasi oleh kajian Dang dkk (2023) pada Economics Education Review.

OECD memperkirakan peningkatan skor PISA sebesar 25 poin akan meningkatkan GDP negara-negara maju 20 tahun ke depan secara agregat sebesar US$115 triliun-US$260 triliun. Mereka juga memprediksi kenaikan GDP sebesar 3% dalam 20 tahun ke depan bilamana sebuah negara mampu meningkatkan skor PISA-nya 25 poin. Dengan skor PISA Vietnam +100 poin dari kita, maka GDP Vietnam akan lebih besar 12% jika dibandingkan dengan kita yang tidak melakukan peningkatan PISA 20 tahun ke depan. Kondisi tersebut akan lebih besar bagi Singapura yang memiliki skor PISA lebih besar +200 poin dari kita. Indonesia akan menanggung biaya tinggi akibat kualitas pendidikan dasar dan menengah yang rendah, sebagaimana judul laporan OECD pada 2010 lalu.

 

Rekomendasi

Kebijakan pendidikan Vietnam berakar pada keyakinan pendiri Vietnam, Ho Chi Minh, pada quoteConfucius: “For the sake of ten year’s benefit, we must plant trees. For the sake of a hundred years’ benefit, we must cultivate the people.” Bagi Singapura, pendidikan bagi SDM-nya sejak awal dikembangkan dengan serius melalui National Institute of Education, NTU.

Guru yang berkualitas, the best and the brightest, menjadi kriteria utama perekrutan guru pada pendidikan level dasar dan menengah. Hal ini didasari fakta penduduk Singapura yang berusia 15 tahun hanya sebesar 44.037 orang (Indonesia sebesar 4.462.518 jiwa). Di kepala merekalah masa depan bangsa dipertaruhkan sehingga harus dididik sebaik-baiknya.

Meningkatkan daya saing SDM menjadi fondasi dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. HDI menggambarkan hasil kebijakan pengembangan SDM kita di waktu yang telah lalu. Adapun PISA menggambarkan masa depan Indonesia, khususnya inovasi dan teknologi bernilai tambah tinggi yang akan dihasilkan anak muda kita.

Bonus demografi dengan berlimpahnya generasi muda yang produktif perlu berprinsip layaknya Singapura, bahwa setiap jiwa dengan potensinya masing-masing akan menentukan nasib bangsa di masa depan. Memiliki kemampuan membaca, berpikir sistematis dan matematis yang menghasilkan pemikiran kritis dan kreatif, akan meningkatkan kesempatan kuliah di universitas berkelas dunia (UBD).

Tidak hanya pengetahuan, jejaring global pun akan didapatkan. Semakin banyak SDM Indonesia berpendidikan tinggi dari UBD, kapabilitas inovasi bangsa akan meningkat, sehingga dihasilkan produk-produk inovatif bernilai tambah tinggi (Lee, 2019). Semuanya diawali dengan memperbaiki kualitas pendidikan dasar dan menengah, dengan PISA sebagai salah satu alat ukurnya.



Read more